Metodologi penelitian secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ilmu mengenai metode-metode yang dipergunakan dalam proses penelitian. Atau dapat pula dikatakan sebagai isuatu ilmu mengenai mengenai metode-metode dan peraturan yang diikuti oleh ilmu pengetahuan atau disiplin. Metodologi penelitian merupakan suatu cara membahas prosedur ilmiah di dalam mendapatkan pengetahuan. Seperti yang dijelaskan Silverman (Pendit, 2003:163) bahwa metodologi penelitian merupakan keseluruhan dari cara penelitian yang didasarkan pada cara tertentu dan metode penelitian lebih merupakan rincian teknik-teknik yang dilakukan dalam sebuah penelitian.
Dipandang dari tujuannya, penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menemukan, menjelaskan, mengembangkan, dan memverifikasi kebenaran suatu gejala, peristiwa atau pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Pada hakikatnya, tujuan akhir penelitian adalah pemecahan masalah kemanusiaan melalui penafsiran yang dapat memberikan makna.
Sementara itu, melekat pada istilah metodologi penelitian, kita pun mengenal istilah metode penelitian. Metode penelitian merupakan rencana atau prosedur sistematik yang dipersiapkan agar dapat melakukan penelitian. Metode-metode penelitian yang berkembang sepanjang sejarah ini dihimpun, diidentifikasi, dikategorisasikan, dan diperbandingkan menurut kaidah-kaidah logika tertentu hingga terkelompok dalam suatu ilmu yang disebut metodologi penelitian. Karena tujuannya untuk memecahkan masalah kemanusiaan melalui penafsiran, maka metodologi penelitian menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kita.
Para ahli penelitian, memiliki perbedaan pendapat dalam mengklasifikasikan metode penelitian. Namun, pada kajian ini, metode penelitian kuantitatif dikategorikan dalam lima macam, yaitu:
1. Metode Historis
Metode historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan mengumpulkan, menialai, memverifikasi, dan menyintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai kongklusi yang dapat dipertahankan. Secaraharfiah, historis artinys berhubungan dengan sejarah. Sejarah adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan kerangka paparan dan penjelasan. Seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, sejarah merupakan studi empiris yang menggunakan berbagai tahap generalisasi untuk memaparkan, menafsirkan, dan menjelaskan data. Dengan metode historis, seorang ilmuan sosial mencoba menjawab masalah-masalh yang dihadapinya. Metode sejarah dapat dipergunakan juga untuk menguji hipotesis.David fischer mendefinisikan peneliti sejarah sebagai orang yang mengajukan pertanyaan terbuka tentang peristiwa masa lalu dan menjawabnya dengan fakta terpilih yang disusun dalam bentuk paradigma penjelasan. Kemudian pertanyaan dan jawaban ini dicocokkan satu sama lain dengan proses penyesuaian yang kompleks. Langkah-langkah penelitian historis menurut Smith meliputi perumusan masalah, penelitian data, dan pemilihan strategi analitis.
· Contoh penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode historis: Penelitian tentang isi buku bacaan pada zaman kolonial, penelitian tentang situs-situs purbakala, penelitian riwayat pendirian gerakan organisasi yang sudah tua seperti Muhammadiyah, dan lain-lain.
2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Beberapa penulis memperluas penelitian deskriptif kepada segala penelitian selain penelitian historis dan eksperimental. Mereka menyebut metode yang selalu deskriptif sebagai penelitian survai atau penelitian observasional.
Memang belum ada kesepakatan tentang pengertian metode deskriptif. Pada kajian ini, deskriptif diartikan melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Pengertian ini sama dengan analisis deskriptif dalam statistik, sebagai lawan dari analisis inferensial. Pada hakikatnya, metode deskriptif mengumpulkan data secara univariat. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat atau ukuran sebaran.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk: mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Metode Deskriptif amat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif. Dan barangkali disinilah letak perbedaan antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Metode deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori, bukan menguji teori, “Hypothesis generating” bukan “hypothesis testing” dan “neuristis” bukan “verifikatif”.
Ciri lain metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, megamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah, dimaksudkan bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel , karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala. Peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini.
Penelitian deskriptif mungkin lahir karena kebutuhan. Sering juga terjadi, penelitian deskriptif justru timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti, tetapi belum ada kerangka teoritis unutk menjelaskannya.
Penelitian deskriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut oleh Seltiz, Wrightsman, dan Cook sebagai penelitian yang insightstimulating. Peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Ia tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Penelitiannya terus-menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian. Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian. Penelitian ini memerlukan kualifikasi yang memadai. Pertama, peneliti harus memiliki sifat yang reseptif. Ia harus selalu menjari, bukan menguji. Kedua, ia harus memiliki kekuatan integratif, kekuatan untuk memadukan berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran.
Jadi penelitian deskriptif bukan saja mejabarkan, tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi. Dari perkembangan deskriptiflah kemudian dikembangkan berbagai penelitian korelasional dan eksperimental.
· Contoh penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif: Geeertz dalam penelitiannya tentang masyarakat Jawa, Penelitian jumlah anak putus sekolah di Bandung tahun 1981, Studi pendapat umum, Jumlah pembaca majalah Tempo di Jakarta, Studi kasus penderita skizoprenia, dan lain-lain.
3. Metode Korelasional
Metode korelasional sebenarnya merupakan kelajutan dari metode deskriptif. Kita mulai memasuki metode korelasional apabila kita mencoba meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain. Kalau Dua variabel saja yang kita hubungkan, korelasinya deisebut korelasisederhana. Jika lebih dari dua variabel, maka disebut korelasi ganda.
Pada akhir abad 19, Karl pearson, berdasarkan teori Sir Francis Galton, mengembangkan indeks untuk mengukur tingkat hubungan diantara variabel. Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlation, indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. Untuk memahami nilai r, kita harus mempertimbangkan tiga hal. Pertama, besaran korelasi yang berkisar dari 0 (berarti tingkat tidak ada korelasi sama sekali) sampai 1 (korelasi yang sempurna). Kedua, arah korelasi yang ditunjukkan dengan tanda positif atau negatif. Korelasi positif tidak berarti baik, tetapi hanya menunjukkan bahwa makin tinggi nilai pada variabel X, maka makin tinggi pula nilai pada variabel Y. Ketiga, persoalan apakah r yang diperoleh itu signifikan secara statistik. Korelasi yang signifikan secara statistik tidak boleh diartikan signifikan secara substantif atau signifikan secara teoretis.
Jadi, lorelasi yang sanagt signifikan hendaknya tidak diartikan hubungan sebab-akibat yang kuat. Memang, korelasi tidak selalu menujukkan hubungan kausalitas. Kausalitas terjadi apabila dipenuhi syarat: asosiasi, prioritas waktu, hubungan sebenarnya, dan rasional. Walaupun kadang-kadang korelasi yang tinggi dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Walaupun amat bergantung pada jenis data yang dinilai dan statistik yang digunakan, koefisien korelasi diartikan Guilford secara kasar sebagai berikut:
Kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali, lemas sekali
0,20 – 0,40 : hubungan rendah tetapi pasti
0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
0,70 – 0,90 : hubungan yang tinggi, kuat
Lebih dari 0,90 : hubungan sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan
Metode korelasional digunakan untuk mengukur hubungan diantara berbagai variabel, meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, dan meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental.
· Contoh penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode korelasional: Pengaruh program nutrisi pada pengurangan berat badan, Penelitian tentang kemalasan penyebab kemiskinan, Korelasi antara rook dengan kanker paru-paru, Korelasi antara kecerdasan dengan indeks prestasi, dan lain-lain.
4. Metode Eksperimental
Metode eksperimental adalah metode penelitian yang memungkinkan peneliti memanipulasi variabel-dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode eksperimental, variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa sehingga variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat disingkirkan. Metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimenta, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat variabel bebas. Setelah dimanipulasikan, variabel bebas itu biasanya disebut garapan.
Secara singkat, eksperimen ditandai oleh tiga hal, yaitu manipulasi (mengubah secara sistematis keadaan tertentu), observasi (mengamati dan mengukur hasil masnipulasi), dan kontrol (mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi). Kontrol merupakan kunci penelitian eksperimnetal, sebab tanpa kontrol, manipulasi dann observasi akan menghasilkan data yang meragukan.
Kondisi penelitian yang ideal terjadi apabila semua hasil pengamatan pada variabel tak bebas disebabkan oleh variabel bebas. Dengan mengontrol kondisi penelitian, kita mengusahakan agar variasi skor pada variabel pada variabel tak bebas benar-benar merupakan akibat variabel bebas. Variasi skor pada variabel bebas biasanya disebut ragam. Ada tiga macam ragam: ragam pertama adalah ragam yang ditimbulkan oleh variabel bebas (ragam yang dikehendaki oleh pene;iti), ragam kedua adalah ragam yang timbul karena variabel luar yang secara sistematis mempengaruhi hasil eksperimen (ragam luar tidak dikehendaki), dan ragam galat adalah ragam yang timbul karrean ada faktor-faktor tertentu, seperti alat ukur atau prosedur penelitian yang menyebabkan pengamatan yang tidak konsisten (error variance).
Hakikat dari prosedur kontrol adalah menugaskan pelaku eksperimen mengatur kondisi sehingga ia memperoleh data yang jelas menunjukkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas. Hal tersebut dilakukan dengan cara mempertinggi ragam pertama, mengurangi ragam galat, dan mengendalikan ragam kedua.
Kita dapat mengktegorikan desain eksperimental berdasarkan prosedur kontrol atau jumlah kelompok. Berdasarkan prosedur kontrol terdapat empat desain eksperimental, yaitu:
- Randomized design
- Blocked or matched design
- Desain faktorial
- Desain kovarian
Sedangkan berdasarkan jumlah kelompok terdapat dua jenis desain eksperimental, yaitu:
- Desain satu kelompok: manipulasi, observasi, kontrol
- Desain dua kelompok: Static group design, Before-after static group comparism design, Randomized two-group design, Pretest-Posttest control group design, matched two-group design, before-match-after design, Randomized pretest-posttest control group analysis of covariance design
· Contoh penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimental: Pengaruh pengalaman tinggal di luar negeri, Pengaruh obat perangsang pada kepekaan subjek terhadap film-film pornografis, efek aplikasi prinsip human relations, efek video terhadap kecepatan memahami matematika, efek music pengiring terhadap perubahan sikap khalayak ketika mendengarkan pesan persuasif, dan lain-lain.
5. Metode Kuasi-Eksperimental
Metode kuasi-eksperimental digunakan untuk mendekati kondisi eksperimental pada suatu yang tidak memungkinkan manipulasi variabel. Dalam kehidupan yang sebenarnya, sulit bagi kita untuk mengelompokkan objek sesuai dengan kehendak kita. Oleh karena itu, muncul metode kuasi-eksperimental. Penelitian kuasi-eksperimenal mempunyai dua cirri utama, yaitu:
- Peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari kelompok subjek yang diterpa variabel bebas, dan kelompok subjek lain yang tidak mengalami variabel bebas.
- Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang dikehendakinya.
Untuk mengetahui dengan yakin bahwa variabel bebas menyebabkan terjadinya variasi pada variabel tak bebas, peneliti harus menyingkirkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh juga. Variabel lain ini disebut variabel luar atau variabel sekunder. Semakin banyak variabel sekunder ikut serta, makin diragukan kesimpulan penelitian. Bila peneliti merasa pasti bahwa variabel bebas yang menyebabkan variasi pada variabel tak bebas, penelitiannya memiliki validitas internal. Bila ia juga yakin variabel bebas itu akan berpengaruh juga pada subjek sama pada penelitian lain yang mempunyai situasi yang sama, penelitiannya mempunyai validitas eksternal.
Ada Sembilan variabel luar yang mengancam validitas eksternal. Kesembilan variabel luar tersebut dapat dikendalikan dengan merancang rancangan penelitian yang tepat dan dikontrol dengan kecermatan peneliti sendiri ketika penelitian berlangsung. Kesembilan variabel luar itu, yaitu:
- Sejarah Proaktif: Sejarah proaktif menunjukkan perbedaan pengalaman yang terjadi pada diri subjek sebelum mereka diteliti.
- Sejarah Retroaktif: Sejarah retroaktif menunjukkan perubahan yang terjadi pada lingkungan (peristiwa-peristiwa) antara waktu pertama dan waktu kedua, ketika penelitian sedang berlangsung.
- Maturasi: maturasi adalah perubahan proses psikologis dan biologis dalam diri subjek yang terjadi ketika penelitian berlangsung.
- Testing: Untuk mengukur efek garapan, peneliti biasanya melakukan pretesting. Subjek diuji pada waktu p[ertama (T1), diberi garapan, kemudian diuji lagi pada waktu kedua (T2). Sering terjadi pretest menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi subjek (pretest membangkitkan kepekaan subjek)
- Mortalitas: Hilangnya subjek karena kematian, kecelakaan, pindah rumah, atau karena keberatan untuk ikut serta dalam penelitian akan mempengaruhi skor akhir. Hilangnya subjek akan menyebabkan tidak validnya penelitian. Namun, efek mortalitas dapat juga diatasi dengan melakukan beberapa penyesuaian dalam analisis statistik. Data yang hilang tersebut wajib untuk dipertimbangkan.
- Efek Interaksi: Efek interaksi umumnya terjadi dalam penelitian yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Untuk mengontrol efek interkasi dipergunakan beberpa perhitungan statistik atau rancangan eksperimental tertentu.
- Instrumentasi: Validitas eksternal juga dapat terancam karena perubahan dalam alat ukur atau orang yang menggunakan alat ukur itu. Tidak ada suatu rancangan yang dapat mengontrol efek instrumentasi, kecuali perhatian ekstra dari pihak peneliti. Peneliti harus waspada terhadap perubahan yang terjadi pada alat ukur dan juga pada dirinya sendiri.
- Bias Peneliti: Pengaruh ekspektasi peneliti terhadap hasil penelitian. Seperti instrumental, bias peneliti tergantung pada kecermatan dan kehati-hatian peneliti terhadap subjek yang ditelitinya.
Validitas eksternal berkenaan dengan sejauh mana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasikan dari dunia eksperimen ke dunia nyata. Ada empat hal yang dapat mengancam validitas eksternal, yaitu:
- Efek Hawthorne: Efek Hawthorne menunjukkan efek yang terjadi karena subjek eksperimen merasa mendapat perilaku khusus. Bila orang merasas bahwa ia ikut serta dalam suatu eksperimen, perilakunya yang normal akan berubah.
- Pretesting: Memberikan prauji dapat membatasi potensi generalisasi hasil penelitian. Prauji dapat menambah atau mengurangi kepekaan subjek terhadap X. Prauji menimbulkan reaksi sperti sikap defensive, peneguhan sikap yang diyakininya, berkurangnya perhatian, dan hal-hal lainnya sehingga subjek eksperimental tidak lagi sama dengan populasi asalnya. Sampel, karena itu, tidak lagi bersifat representatif.
- Bias Seleksi: responden sudah dipilih secara memihak. Maka, satu-satunya cara untuk menghindari bias seleksi adalah menarik sampel secara random.
- Efek Interaksi Garapan Ganda: Bila subjek yang sama diterpa dengan lebih dari dua X berkali-kali, efek X terdahulu masih belum terhapus. Dengan begitu, hasil penelitian hanya dapat digeralisasikan pada orang-orang yang berturut-turut mengalami terpaan X yang sama. Untuk mengatasi efek ini, beberapa rancangan penelitian dapat dipergunakan.
Ada banyak rancangan kuasi-eksperimental. Dalam kajian ini, hanya akan diperkenalkan dua macam rancangan yang banyak dipergunakan, yaitu:
- Rancangan Kelompok Tak Random: Sering terjadi peneliti tidak dapat meletakkan subjek secara random seperti yang dikehendakinya. Untuk mengatasi hal itu, peneliti mencari kelompok pembanding, semacam keolompok kontrol.
- Rancangan Rangkai Waktu: Diagram rancangan rangkai waktu menggambarkan pengukuran yang berkali-kali sebelum dan sesudah garapan. Rancanagan ini tidak begitu berbeda dengan rancangan-rancangan sebelumn-sesudah dalam penelitian eksperimental. Kemungkinan terjadinya ancaman validitas berasal dari efek pengukuran yang berkali-kali dan reaksi terhadap prosedur penelitian. Tetapi ancaman ini dapat dikendalikan bila peneliti cukup peka terhadapnya. Peneliti juga dpat menggunakan pengukuran yang sama pada satu kelompok kontrol yang tidak mendapat garapan.
· Contoh penelitian kuantitatif yang menggunakan metode kuasi-eksperimental: Pengaruh pendidikan pemuka pendapat terhadap pemantapan program KB, Efektifitas video dalam mengajarkan ilmu komunikasi, Pengaruh siaran “Si Unyil” pada anak-anak SD, dan lain-lain.